Destinasi Wisata Lompat Batu Nias
Pulau Nias adalah salah satu pulau yang terletak di sebelah barat daya pulau Sumatera, Indonesia. Pemerintahan yang ada di Pulau Nias dibagi menjadi beberapa kawasan yaitu Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Nias. Di Pulau Nias masih terdapat budaya megalitikum yang dilestarikan hingga sekarang oleh warga suku Nias atau Ono Niha.
Kepulauan Nias memiliki banyak sekali potensi wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata alam yang sangat beragam dan unik. Untuk wisata alam, Kepulauan Nias menyuguhkan pantai-pantai yang indah dan sangat cocok untuk melakukan aktivitas selancar atau surfing dan menyelam (diving). Sedangkan untuk wisata sejarah dan budaya, anda dapat menemui rumah tradisional khas suku Nias, beberapa benda pusaka peninggalan dari leluhur masyarakat Nias di Museum Pusaka Nias, dan tradisi Fahombo.
Nah, dalam artikel ini, penulis akan membahas mengenai wisata budaya tradisional yang unik dan sangat terkenal di seluruh dunia. Apabila anda berkunjung menjelahi Kabupaten Nias Selatan, jangan lupa untuk meluangkan waktu untuk menonton dan menyaksikan secara langsung salah satu budaya yang sangat terkenal di dunia yang terletak di Kepulauan Nias yaitu Lompat Batu atau yang sering juga disebut tradisi Fahombo.
Mengenal Tentang Lompat Batu Nias
Lompat Batu Nias atau Fahombo atau Hombo Batu adalah tradisi budaya Nias yang hingga saat ini masih berlangsung di Kepulauan Nias dan masih kerap disaksikan oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo. Ritual Fahombo dari Kepulauan Nias ini pernah dijadikan gambar pada uang kertas Rp. 1.000 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1992. Ritual Fahombo sendiri merupakan sebuah daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh Kepulauan Nias.
Lompat batu merupakan ritual budaya yang menjadi tolak ukur pendewasaan pemuda suku Nias yang hampir sama dengan lari gawang dan lompat jauh di atletik. Lompat Batu memiliki ketinggian sekitar 2 meter. Ritual ini masih kerap dilakukan di Kepulauan Nias sekaligus menjadi salah satu objek wisata budaya dan destinasi wisata tradisional yang sangat unik dan terkenal hingga keseluruh mancanegara.
Tradisi lompat batu di Kepulauan Nias, Sumatera Utara atau yang sering disebut Hombo Batu atau Fahombo telah berlangsung sejak zaman dahulu dan telah dilaksanakan selama berabad-abad. Tradisi tersebut telah dilestarikan bersama budaya megalitikum di Kepulauan Nias yang memiliki luas 5.625 km dan dikelilingi Samudera Hindia berpenduduk 700.000 jiwa.
Sejarah Lompat Batu Nias yang Ikonik
Menurut informasi dari masyarakat sekitar Kepulauan Nias, tradisi lompat batu atau Fahombo bersamaan dengan tari perang. Pada zaman dahulu, antar suku di Kepulauan Nias sering terlibat peperangan antara kampung satu dengan kampung lainnya. Pemicu dari peperangan tersebut dilatarbelakangi oleh perebutan lahan atau perebutan kampung. Sebelum terlaksana peperangan tersebut, setiap kampung telah menyiapkan diri dan membuat pagar berduri yang sangat tinggi untuk diletakkan mengelilingi kampung.
Sebagai tahap pertama atau tahap persiapan, biasanya seorang si’ulu atau kepala suku mulai mengumpulkan pemuda-pemuda desa untuk berlatih untuk perang, salah satu latihan yang kerap dilakukan oleh para pemuda desa adalah lompat batu. Bagi para pemuda yang dapat melompati batu yang memiliki ketinggian 2 meter, maka pemuda tersebut telah dianggap dewasa dan wajib untuk mengikuti perang. Tidak hanya itu saja, pemuda desa tersebut juga harus melompati pagar berduri yang tinggi.
Batu yang harus dilompati oleh pemuda desa memiliki bentuk menyerupai monumen piramida dengan permukaan atas yang datar. Batu tersebut disusun dengan tinggi 2 meter, lebar 90 cm, dan memiliki panjang 60 cm.
Pada saat itu, desa-desa yang ada di Kepulauan Nias dipimpin oleh para bangsawan yang berasal dari strata balugu yang merupakan penentu pantas tidaknya seorang pemuda di Kabupaten Nias menjadi prajurit untuk berperang.
Jadi, bagi pemuda yang telah berhasil melompati batu setinggi 2 meter tersebut secara otomatis bergabung dalam prajurit untuk berperang dan dapat menikah. Karena ritual lompat batu ini merupakan ritual wajib dan dipandang serius dalam adat Nias, maka anak laki-laki yang merupakan suku Nias sejak berumur 10 tahun akan mulai berlatih dan bersiap untuk melakukan giliran Lompat Batu atau Fahombo.
Namun, tidak semua pemuda desa di Kepulauan Nias sanggup dan dapat melompati batu setinggi 2 meter tersebut, meskipun para pemuda tersebut telah berlatih sejak kecil. Warga setempat percaya bahwa selain harus melakukan latihan, juga terdapat unsur mangis dari roh leluhur dimana seorang pemuda dapat berhasil melompati batu tersebut dengan sempurna. Pemuda desa tersebut tidak hanya dapat melompati tumpukan batu itu, namun juga harus dapat menguasai teknik melompat dan mendarat. Apabila menggunakan teknik dan posisi yang salah, maka bisa menyebabkan cidera otot atau bahkan dapat membuat patah tulang.
Bagi pemuda yang telah berhasil melompati batu tersebut, maka keluarga dari pemuda tersebut harus mengadakan pesta dengan cara menyembelih beberapa ekor ternak miliknya. Hal tersebut bertujuan sebagai rasa syukur dan bangga karena anaknya telah berhasil dan dianggap dewasa.
Atraksi Budaya Desa Bawomataluo
Apabila anda ingin menyaksikan wisata budaya unik yang satu ini, anda hanya bisa menyaksikannya di Desa Bawo Mataluo apabila sedang ada acara budaya. Namun anda juga tidak perlu khawatir, apabila disana tidak ada acara budaya, anda juga dapat meminta warga desa untuk menampilkan atraksi lompat batu ini dan pastinya anda harus membayarnya.
Apabila anda benar-benar ingin menyaksikan ritual budaya ini secara langsung tidak perlu ragu untuk menawar harga yang telah diajukan oleh kepala suku kepada anda. Biasanya untuk menampilkan atraksi lompat batu ini, dibutuhkan satu pelompat batu yang maksimal melompat sebanyak dua kali melompat dengan lima orang yang mengiringi dengan menggunakan pakaian tradisional. Untuk menyaksikan atraksi tersebut anda cukup membayar biaya jasa sebesar Rp. 500.000,-
Lokasi Budaya Lompat Batu
Atraksi lompat batu ini dapat anda saksikan langsung di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari), Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa Bawo Mataluo merupakan desa yang sangat kaya dengan situs megalitikum (batu besar) yang memiliki ukiran dan juga terdapat perumahan tradisioanl yang merupakan rumah adat khas suku Nias.
Transportasi Menuju Desa Bawomatulo
Untuk dapat sampai menuju ke Desa Bawa Mataluo, anda dapat melalui jalur udara dari Medan menuju ke Pulau Nias (Gunung Sitoli) dengan jarak tempuh sekitar 1 jam. Apabila anda ingin menempuh tempat ini menggunakan jalur laut juga bisa, anda dapat menggunakan kapal ferry dari Sibolga menuju ke Pulau Nias dengan jarak tempuh yang cukup lama yaitu sekitar 10 jam. Anda juga dapat melalui Gunung Sitoli menuju ke Teluk Dalam menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan jarak tempuh sekitar 3 jam perjalanan.
Akomodasi dan Fasilitas
Di kawasan atraksi Lompat Batu tepatnya di Desa Bawo Mataluo juga terdapat fasilitas berupa penginapan dari tingkat bungalow, melati, hingga hotel, restoran dan kedai makanan yang berada di sekitar lokasi.
Sekian ulasan mengenai Destinasi Wisata Budaya Tradisional Lompat Batu. Semoga dapat Anda jadikan referensi sebelum Anda berlibur ke Kepulauan Nias bersama keluarga. Jika Anda bosan dengan aktivitas perkotaan, lompat batu ini dapat menjadi pelarian Anda untuk sekedar menyegarkan pikiran dari penatnya pekerjaan di kota.